saya selaku admin mohon maaf jika situs ini jarang update di karenakan banyaknya tugas kuliah yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. terimakasih telah setia bersama www.drajat4hanny@gmail.com | kedatangan anda sangat berarti bagi kehidupan situs ini
gravatar

Jenis Hipotesis

HIPOTESIS
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variable-variabel, dapat diuji, mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Adapun fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing pikiran peneliti dalam memulai penelitian, menentukan tahapan atau prosedur penelitian, membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam tesis.
Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik:
  1. Dinyatakan dalam kalimat yang tegas
 Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (jelas)
 Upah memiliki pengaruh yang kurang berarti terhadap produktifitas karyawan (tidak jelas)
2. Dapat diuji secara alamiah
 Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (dapat diuji)
 Batu yang belum pernah terlihat oleh mata manusia dapat berkembang biak (Pada hipotesis ini tidak dapat dibuktikan karena kita tidak dapat mengumpulkan data tentang batu yang belum terlihat manusia)
3. Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat
 Harga barang berpengaruh negatif terhadap permintaan (memiliki dasar kuat yaitu teori permintaan dan penawaran)
 Uang saku memiliki pengaruh yang signifikant terhadap jam belajar mahasiswa. (tidak memiliki dasar kuat)

Ada beberapa tipe hipotesis, yaitu:
· Hipotesis hubungan

Hipotesis hubungan (relational Hypothesis), merupakan pernyataan tentang
hubungan dua buah variabel. Hipotesis hubungan dapat diklasifikasi menjadi;
hipotesis korelasi (correlational hypothesis) dan hipotesis penjelas atau kausal
(explanatory hypothesis atau causal hypothesis).
hipotesis korelasi (correlational hypothesis), merupakan hipotesis yang
mengatakan dua variabel terjadi bersamaan tanpa diketahui mana yang
mempengaruhi yang lainnya.
contoh sederhana :
hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Contoh:
HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensasi dan laba perusahaan.
Hipotesis penjelas atau kausal (explanatory hypothesis atau causal hypothesis),
adalah hipotesis yang menyatakan hubungan satu variabel menyebabkan
perubahanvariabel lainnya. Yang dipengaruhi adalah variabel dependen (VD) dan
variabel yang mempengaruhinya adalah variabel independen (VI).
Contoh :
H: Perubahan laba (VI) secara positif akan berpengaruh terhadap harga saham (VD)
· Hipotesis perbedaan
hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komparatif.

Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini, secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat yang lain.

a. Hipotesis kerja vs hipotesis nul

Dengan melihat pada cara seorang peneliti menyusun pernyataan dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan nul. Hipotesis nul, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika Fisher, diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“tidak ada beda antara…dengan…” hipotesis nul dapat juga ditulis dalam bentuk: “…tidak mem,..”

Hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti telah dinyatakan di atas, hipotesis nulbiasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental. Akhir-akhir ini hipotesis nul juga digunakan dalam penelitian social, seperti penelitian di bidang sosiologi, pendidikan, dan lain-lain.

Hipotesis kerja, di lain pihak, mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan biasanya:
“Andaikata…, maka…”

Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu social dalam desain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, si peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah penelitiannya.


b. Hipotesis tentang ideal vs common sense

Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya hipotesis sederhana tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam industry, dan sebagainya.

Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesis analitis.
· Hipotesis alternatif
adalah hipotesis yang dicoba untuk diterima (accepted) atau didukung (supported). Hipotesis alternatif berlawanan dengan hipotesis nol. Hipotesis alternatif merupakan dugaan yang menunjukkan terdapat perbedaan diantara dua buah variabel.
Contoh: H0: μm < μw
· Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat di negara tersebut rendah pula.
d. dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.
· Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang menggunakan air minum dari sumur.
d. dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada perbedaan.
Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d. dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
Common sense Makna Common Sense Menurut Para Filsuf
Sangat sulit untuk memberikan makna atau definisi secara tegas terhadap istilah Common Sense. Moore, walau pun ia dikenal sebagai epistemolog Common Sense, ia tidak memberi batasan terhadap terminologi itu. Hal itu disebabkan karena, istilah Common Sense adalah suatu istilah sederhana sehingga tidak dapat didefinisikan (undefinable). Berikut ini adalah pemaparan makna Common Sense menurut para filsuf.
1. Plato
Secara historis pemikiran tentang Common Sense ini telah dimulai sejak pemikiran awal munculnya perbincangan tentang pengetahuan manusia. Pemikiran itu diawali oleh filsuf besar Plato. Hal itu disebabkan karena, filsafat sebelum Plato lebih terarahkan pada masalah hakikat alam semesta. Common Sense bagi Plato adalah pendapat umum (Common Opinion) yaitu suatu pengetahuan yang merupakan hasil persepsi orang kebanyakan (the man in the street).
2. Aristoteles
Filsuf Yunani lainnya adalah Aristoteles. Berbeda dengan gurunya Plato, bagi Aristoteles Common Sense atau Sensus Communis (Communis Sensus) adalah suatu kemampuan (faculty) yang ada dalam diri manusia yang berupa kemampuan utama untuk memutuskan suatu pengetahuan tentang realitas konkret yang sifatnya dapat diinderai oleh banyak orang (Common Sensible).
3. Francis Bacon
Pemikir empirisme atau realisme epistemologis di Inggris mengikuti jejak Francis Bacon. Bacon telah meletakkan dasar-dasar berpikir induktif. Common Sense bagi Bacon adalah keyakinan umum yang bertolak pada objek khusus yang dipahami secara logis dengan penyimpulan induktif.
4. George Berkeley
Pemikir Inggris lainnya adalah Berkeley. Berkeley meletakkan dasar pengetahuan pada kemampuan budi (pikir) manusia. Pengetahuan terjadi karena atas desakkan pikir. Pengetahuan adalah gambaran tentang objek benda yang berupa ide cerapan indera. Objek adalah hal yang dapat diinderai. Common Sense adalah suatu kemampuan manusia untuk mencerap objek nyata yang berupa penampakkan benda yang dicerap indera atas desakan pikir atau budi.
5. Thomas Reid
Thomas Reid seorang filsuf Skotlandia yang termasuk dalam lingkaran tradisi Inggris membangun filsafatnya berdasar pada Common Sense. Filsuf inilah yang mengilhami Moore untuk membangun Epistemologi Common Sense. Pengetahuan Bagi Reid adalah akumulasi pengalaman melalui pemahaman sederhana (simple apprehension).
6. Francis Herbert Bradley
Bradley adalah filsuf idealis yang Hegelianistik yang menjadi sasaran serang George Edward Moore untuk menghidupkan kembali realisme di Inggris. Bagi Bradley Common Sense adalah persepsi tentang hal yang universal atau yang absolut yang terungkap dalam penampakan bukan yang actual perception.
7. George Edward Moore
Moore membangun filsafatnya bertumpu pada Common Sense. Epistemologi Moore dibangun berkiblat pada epistemologi Hume, sedangkan konsep Common Sense bertolak pada filsafat Reid. Pengetahuan bagi Moore adalah cerapan indera terhadap objek benda material yang hasilnya berupa data-indera. Pemahaman langsung (direct apprehension) terhadap data indera yang melibatkan aktivitas kesadaran akan melahirkan pengetahuan Common Sense. Dengan demikian, Common Sense bagi Moore adalah suatu kemampuan terpadu antara aktivitas penginderaan dan aktivitas kesadaran tentang objek benda material secara langsung.
8. Bertrand Russell
Konsep Bertrand Russell tentang tata cara penyimpulan hewani, tampak bahwa model berpikir itu lebih merupakan penyimpulan terhadap pengalaman sehari-hari yang berpusat pada insting. Penyimpulan hewani yang sifatnya instingtif merupakan penerapan epistemologi Common Sense pada logika Russell.
9. Alfred Jules Ayer
Ayer mengenalkan pemikiran yang radikal, yaitu logika yang mengandung kemungkinan mengolah bahan empirik yang tersedia secara sintaksis. Logika yang dikembangkan berdasarkan berbagai prinsip positivisme disintesiskan dengan cara berpikir analitis Moore-Russell.
· Common sense

Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesis analitis.
· Hipotesis ideal
Pada kenyataannya dunia ini sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada.
Pengetahuan mengenai otoriterisme akan membantu kita memahami, misalnya dalam dunia kepemimpinan, hubungan ayah dalam mendidik anaknya. Pengetahuan mengenai ide nativisme akan membantu kita memahami munculnya seorang pemimpin.

Jangan lupa tulis komentar di sini yach.....

Postingan Populer